Awan tipis tersapu angin, seakan handuk terlepas
kurasakan udara selepas hujan di gemas tubuh
Mentari di bingkai jendela
kaukah yang membawanya
Deras sinarnya
seakan darah menderas ke dalam rasa
dalam satu pelukan tuntas.
Senampan fajar kau suguhkan, lentik jemari lincah
tatap matamu tak sanggup kugubah, cium tak sanggup kucegah
hangat menguap pada seduhan teh panas
seputik melati putih menepi di pinggir cangkir
memagutkan wangi di bibir
Dan senyummu
kuseruput tanpa akhir
Cinta bergetar di awal Maret
di bawah lengkung alismata
matahari seakan pulang ke surga
Kuhangatkan diri menyeruput senyum
pada sketsa hatimu yang mengambang
di secangkir fajar yang rembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar