Barakallahu lakuma
wabaraka alaikuma
Wajama'a bainakuma
fii khoir......
Begitu petikan syair lagu yang di nyanyikan Maher Zain,lagu kebahagiaan tentang pernikahan.
Saya menikah dengannya tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun,saling menyukai setelah teman saya memperkenalkan kepadaku.
Menjalani hidup baru sebagaimana pengantin-pengantin lainnya,kami saling menyayangi,saling berbagi tugas dalam rumah tangga.Saat itu istri saya baru berusia 15 tahun,terlalu kecil untuk mengandung apalagi melahirkan seorang bayi,ya sudah kita sepakat menunda momongan.
Empat tahun kita mengarungi bahtera rumah tangga,dengan ekonomi yang Insya Allah cukup walaupun tidak kecukupan,akhirnya istriku hamil dan melahirkan bayi laki laki.Lengkap sudah kebahagiaan kami dengan hadirnya si kecil di tengah tengah kami.
Setelah putra kami berangsur besar,dan kami masih hidup bernaung di rumah orang tuaku,rasanya kok tidak nyaman saat otakku berputar dan membayangkan andaikan kami mempunyai rumah sendiri walaupun sederhana ah.....sungguh lengkap kebahagiaan ini.
Akhirnya mobil satu satunya kepunyaan kami,aku jual dan mulai membangun istana kecil itu,otomatis lapangan pekerjaanku terputus,aku mencoba mencari kerja serabutan,asalkan anak dan istriku bisa makan.
Alhamdulillah atas izin Allah istana kecil itu terwujud walau belum terlihat bagus,namun kami sudah merasa nyaman di bawah naungannya.Faktor ekonomi kami semakin mencekik,kebutuhan semakin banyak,aku kebingungan dalam pekerjaan,kami berbincang dan aku minta izin dengan istri bagaimana kalau aku berangkat ke Saudi Arabia menjadi pekerja di sana.Saat itu putra kami kira kira berusia setahun setengah,istriku mau mengizinkan aku berangkat namun dia harus ikut.
Modal nekat berharap bisa merubah keadaan ekonomi keluarga kami,dengan rasa berat hati meninggalkan putra kesayangan kami,akhirnya kami dengan visa kontrak suami istri kami berangkat ke Saudi.Di sana aku sebagai sopir istriku jadi pembantu rumah tangga,setiap malam kita kumpul kembali satu kamar.
Dua tahun sudah kami melakoninya,istriku kepingin istirahat di rumah dan menjaga si kecil.Dia pulang dan aku melanjutkan kontrak yang kedua,setiap bulan aku mengirimkan gajiku untuk kebutuhan anak dan istriku juga memperbaiki rumah kita.
Setiap aku menelpon ke rumah selalu saja ada yang bilang kalau istriku tidak sayang dengan anak kami,dia jahat sama anak kami,entah itu ibuku ata saudara saudaraku,sedih rasanya mendengarkan itu semua,pada kesempatan yang baik aku mencoba menanyakan ke istriku jawabannya malah aku yang kena semprot.
Mungkin istriku lagi gak mood atau lagi capek saja bisa wanita kalau mendekati bulanan emosinya kan selalu tidak stabil fikirku.Ahhh...biarlah aku percaya dengan apa yang di katakan istriku dari pada orang lain.
Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun,tanpa terasa tinggal beberapa bulan lagi aku sudah finish kontrak,senengnya bakalan ketemu keluarga berkumpul bersama sama lagi,istana kecil,seorang istri yang baik,putra kesayanganku yang sudah mulai besar.
Biduk rumah tangga kami mulai goyah,tiang keimanan yang selama ini menjadi pegangan mulai limbung terbawa derasnya ombak kehidupan.Istriku di rumah mulai tidak jujur mulai sering keluar malam entah itu nonton hiburan atau kemana tidak jelas perginya,tragisnya lagi setiap bepergian tidak pernanh sekalipun mengajak anak kami,yang nota bene memang di asuh oleh ibuku.
Pepatah jawa bilang sepanjang panjangnya tali masih panjang lisan atau ucapan manusia,memang benar dan sangat benar pepatah itu,makin hari makin santer aja gosip istriku yang sering keluar rumah tanpa memperdulikan anak kami.
Yang mengejutkan hatiku,dia di kabarkan ada affair dengan suami keponakanku sendiri Astaghfirullah.....
Benar atau tidak benar aku terus mengusut gosip itu,setiap penelpon dari kampung aku berusaha menampungya dan meredamkannya,ah mungkin ini cobaan rumah tanggaku,karna aku tidak melihatnya sendiri.Pernah suatu hari aku menelpon teman dan mencoba mengorek gosipnya istriku dengan dia,memang temanku itu bilang sering melihat istriku itu bepergian,nonton bareng layaknya sepasang anak manusia sedang memadu kasih.
Benarkan istriku melakukan perbuatan zina,apalagi melakukannya dengan saudaraku sendiri suami dari keponakanku sendiri,nalarku tak pernah sampai,otakku tak akan pernah mengerti kalau sampai ini benar benar terjadi.
Ya allah lindungilah keutuhan keluarga kami,jauhkanlah dari segala godaan,hindarkan dari sembarang kemudlorotan duniawi,satukanlah kami kembali dalam dekapan kasih-Mu yang damai,jadikan kami keluarga yang selalu berjalan di atas nur-Mu,tuntunkah kami dalam irodat-Mu sehingga keluarga kami menjadi keluarga yang saling berbagi,menyayangi dan mengasihi.
Setiap malam ku terjaga,membangun tahajud,memohonkan Ridlo-Mu jaga keluargaku ya Allah.....
Saat aku lagi memulai aktifitas di toko yang menjadi pekerjaanku selama ini,tiba tiba handphoneku bunyi,aku angkat terdengar di seberang sana suara kakak iparku mengabarkan bahwa saat ini istrimu dan dia lagi berduaan nonton dangdut di sebuah acara.
Dalam hati ingin segera pulang dan menyaksikan sendiri,namun ikatan pekerjaan yang terpaksa memendam niat itu,kakakku bilang malam ini akan di ikuti terus kemana mereka berdua pergi,aku hanya titip pesan kalau nanti benar benar mergoki apa yang mereka lakukan jangan sampai di apa apain,biarlah aku nanti yang menghakimi mereka.
Becik ketitek olo ketoro(perbuatan baik pasti kelihatan,perbuatan jelek pasti ketahuan)sepandai pandainya menyimpan bangkai,suatu saat pasti tercium juga.Allah maha tau,apapun yang di lakukan umatnya.
Bagai di sambar petir di siang bolong,bumi serasa berhenti berputar,mendengar berita yang aku dengar dari rumah.Melalui pintu belakang,kakak iparku mendombrak rumahku,menemukan mereka berdua asik berkencan di ranjangku,di istana kecilku,yang aku bangun dengan jerih payah,tega teganya istriku melakukan itu dengannya di kamar kami.
Takut di grebek penduduk sekampung karna mendengar pintu belakang di dobrak dia melompat dari jendela,cuma memakai celana dalam dan kaos,celana panjangnya ketinggalan di kamarku,di kantongnya ada handphone,dompet berisi sejumlah uang dan ktp.
Semua barang barang dia di amankan oleh kakak iparku,tunggu aku pulang karna kebetulan pas hari jum'at jadi tidak bisa langsung dapat tiket,terpaksa hari minggu baru bisa pulang.
Biasanya orang yang pulang dari merantau perasaannya seneng,bahagia,karna bertemu dengan orang orang yang di kasihinya,tapi tidak denganku.Pulang dengan berjuta kehancuran menghadang di depan mata,rumah tangga yang aku pertahankan selama ini harus porak poranda,susah payah aku membangkitkan keutuhan bahtera akhirnya tenggelam juga oleh serakahnya nafsu angkara.
Sebelum aku sampai di rumah istriku terlebih dulu tak suruh mengantarkan ke rumah orang tuanya,karna aku gak pengen suasana makin panas nanti,biarlah aku menyendiri dulu dan aku tidak ingin emosi ini makin memuncak.
Dengan doa selalu aku panjatkan semoga hati ini tetap dingin dan ikhlas,karna memang ini sudah takdir perjalanan rumah tangga kami harus begini,seluruh keluarga mertua dan keluargaku aku kumpulkan jadi satu,aku bicarakan niatku mengakhiri rumah tangga ini,aku sudah tidak ingin melanjutkan hubungan dengan istriku lagi.
Apakah suatu keputusan kejam yang ambil ini......?
Ya Allah...Engkau tau betapa hangusnya batin ini,betapa tercabiknya naluri ini,istri yang selama ini aku banggakan tega menghianatiku sekejam ini.walaupun sesuatu yang paling di benci oleh Allah adalah perceraian,namun aku harus memiliki sebuah pilihan kalau tidak ingin luka ini terus basah di dalamnya.
Istriku nampak begitu menyesal,aku menangkap dari sorot matanya,namun aku tidak ingin sakit ini terus bertambah dengan bersamanya,maafkan aku.
Esok harinya aku proses melalui seorang pengacara,kita saling sepakat berpisah,alhamdulillah tanpa kendala,sebelum surat merah itu turun aku sudahkembali ke Saudi Arabia.
memulai kisah baru,memulai hari baru,menata puing puing rinduku yang terdampar,menata hati ini yang gersang,melupakan masa lalu,melupakan kenangan itu,meninggalkan memory dulu,semoga Allah selalu menuntunku ke jalan yang benar,mengajarkan aku bagaimana bisa menjadi manusia yang benar benar mempunyai sifat SABAR.
(Seperti yang di ceritakan K kepada Rindu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar